Mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki - Agama Katolik Kelas 7



Mengembangkan Diri sebagai Perempuan atau Laki-laki (K-7 , Pj 8)




Kompetensi Dasar


3.4 Memahami seksualitas sebagai anugerah Allah demi kehidupan bersama yang lebih baik

4.4. Menghargai seksualitas sebagai anugerah Allah demi kehidupan bersama yang lebih baik


Indikator

Peserta didik mampu

1. Menyebutkan contoh sikap/kebiasaan remaja tidak mendukung perkembangan dirinya menjadi perempuan atau laki-laki sejati.

2. Menjelaskan berbagai keterampilan, sikap, kebiasaan yang perlu dilatih dan dikuasai sejak kini agar berkembang menjadi perempuan atau laki-laki sejati.

3. Menjelaskan pandangan Kristiani tentang panggilan untuk mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki.

Materi


Umumnya remaja SMP sadar bahwa dirinya, sebagai perempuan atau laki-laki sedang berkembang. Ia sadar bahwa dirinya makin menarik karena cantik atau tampan. Ia juga sadar bahwa kekhasan dan fungsi-fungsi dirinya makin bertambah. Dalam kondisi semacam itu sesungguhnya mereka makin perlu mendapat bimbingan dan arahan, agar mereka tidak hanya merasa puas terhadap pencapaian kematangan fisik. Sebab, banyak kasus sekarang ini yang memperlihatkan

beberapa remaja yang menggunakan pencapaian kematangan fisik itu justru dengan melakukan tindakan yang dapat merusak diri mereka sendiri, seperti memamerkan bahkan menjual tubuh secara murahan, atau melakukan pengeroyokan untuk memperlihatkan kekuatan, merokok ataumemakai narkoba sebagai gaya hidup. Tentu saja para remaja perlu belajar menyadari bahwa pencapaian kematangan fisik itu bukan titik akhir dari perkembangan mereka.

Para remaja, termasuk kalian perlu diajak melangkah untuk berfikir lebih jauh bahwa masih banyak hal yang harus dilatih, dimiliki dan dibiasakan dalam hidupnya. Sebab panggilan luhur mereka sebagai perempuan atau laki-lakiyang sesungguhnya adalah menjadi manusia sempurna, manusia sejati, yakni sebagai perempuan sejati atau sebagai laki-laki sejati.



Iman Katolik memberi penegasan bahwa pria atau wanita pada dasarnya merupakan anugerah Allah yang indah dan patut disyukuri. Maka perlu dihormati, dijalankan dan dikembangkan secara benar dan bertanggung jawab. Mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki-laki pertama- tama berarti mengembangkan diri agar sebagai perempuan atau laki-laki, mampu memancarkan citra kekuatan dan kasih Allah yang lemah-lembut.


Bersamaan dengan itu, mengembangkan diri menjadi perempuan atau laki-laki dapat diwujudkan pula dengan sejak dini menjaga kemurnian dan kesucian, baik fisik (tubuh) maupun jiwa.Tentang kesucianTubuh, Santo Paulus dalam Suratnya  kepada umat di Korintus menegaskan bahwa tubuh kita merupakan Bait Roh Kudus (1Kor. 6:13b-20), yakni tempat roh Allah hadir dan berkarya dalam diri manusia. Maka, kita tidak hanya perlu menghormati tubuh kita, melainkan merawatnya dan menggunakan tubuh kita sesuai dan demi kemuliaan Allah sendiri. Lebih jauh dalam syahadat ditegaskan kembali bahwa tubuh kita juga akan dibangkitkan kembali, diubah, dan disempurnakan oleh Allah pada saat kebangkitan.


Kita percaya akan adanya kebangkitan badan. Maka tubuh manusia tidak hanya fisik-jasmaniah, melainkan bersifat spiritual-rohaniah, yang dari padanya harus menghasilkan buah-buah kebajikan dan susila yang baik. Jangan sampai tubuh yang kita miliki menjerumuskan kita ke dalam dosa.



Melalui pelajaran ini, kalian  diharapkan sejak dini belajar melatih diri bersikap kritis dalam  memilih dan memilah hal-hal yang mendukung perkembangan kepribadiannya dan berusaha dengan keras menghindari dan menolak hal-hal yang dapat merusak dirinya.


 Beberapa peneguhan berikut ini.

 a. Santo Paulus dalam 1Kor 6: 13b-20 mengatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Tubuh kita merupakan sarana kehadiran Allah, sekaligus sarana kita  untuk mewujudkan kehendak Allah.

b. Sebagaimana diuraikan dalam pelajaran sebelumnya bahwa Allah menciptakan manusia baik perempuan maupun laki-laki sebagai citra-Nya. Maka panggilan manusia, entah sebagai perempuan atau laki-laki, menampilkan dan memancarkan diri sebagai Citra Allah. Secara lebih khusus, dalam artikel 2335 ditegaskan bahwa manusia, entah perempuan atau laki-laki harus mampu memancarkan citra (gambaran dari) kekuatan dan cinta kasih Allah yang lemah lembut. (bdk. artikel 2335)

c. Gambaran Allah yang kita imani adalah Allah yang kuat kuasa. Kekuatan Allah itu tak akan tergoyahkan oleh kekuatan apapun juga. Kekuatan Allah bukan kekua tan untuk menindas dan menguasai; melainkan untuk melayani, mengasihi membahagiakan dan menyelamatkan. Gambaran Allah yang kita imani juga adalah Allah yang Mahakasih. Kasihnya lemah lembut, penuh pengampunan  dan tanpa batas. Allah menyatakan kasih-Nya yang lembut serta tanpa batas itu dengan rela menyerahkan anak-Nya sendiri menjadi korban tebusan bagi manusia sampai wafat di kayu Salib.

d. Salah satu usaha memampukan diri sebagai pancaran kekuatan dan kasih Allah itu, maka kita diajak menjaga kesucian diri, baik sebagai perempuan maupun laki-laki (bdk. artikel 2342-2345), sebagaimana diungkapkan dalam Katekismus Gereja Katolik.















Komentar

Posting Komentar