Aku
Citra Allah yang unik
Masalah
yang sering dihadapi oleh remaja pada saat mereka memasuki peralihan dari
masa
anak-anak menuju masa remaja awal adalah krisis identitas. Krisis identitas
ditandai
dengan
munculnya pertanyaan “Siapa aku?” Pertanyaan itu muncul didorong oleh kesadaran
adanya
berbagai perubahan dalam dirinya, baik lingkungan yang dihadapinya, sikap orang
lain
terhadap dirinya, maupun perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada dirinya.
Krisis
itu akan
terlampaui dengan baik dan mereka dapat memasuki masa remaja dengan wajar
bilamana
mereka mampu menemukan jawaban atas pertanyaan mendasar tersebut. Mereka
membutuhkan
keyakinan diri dan jawaban yang pasti. Sebab bila mereka tidak mampu
menemukan
jawaban atas pertanyaan tersebut, dapat berdampak sikap dan perilaku yang
negatif.
Jawaban
atas pertanyaan “siapa aku” dapat direferensikan pada pengamatan unsur-unsur
fisik
dan psikis yang ada pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Tetapi sebagai
pribadi
beriman,
jawaban tersebut sering tidak memuaskan. Oleh karena itu, peserta didik perlu
dibimbing
untuk menemukan pengetahuan dan pemahaman identitasnya dari segi iman.
Dalam
hal ini, Kitab Suci memberikan jawaban yang dapat membuka pengetahuan tentang
diri
remaja secara lebih luas dan mendalam, yakni bahwa mereka (dan semua manusia)
adalah
pribadi
yang unik, dan keunikan itu dikehendaki oleh Allah. Bahkan lebih dari itu
semua,
sebagai
pribadi yang unik itu oleh Allah dianugerahi martabat yang luhur, yakni
diciptakan
sebagai
citra Allah yang baik adanya. Sambil menghayati keunikan yang ada dalam
dirinya,
peserta
didik perlu diajak menyadari akan panggilannya sebagai citra Allah, yakni
sebagai
pancaran
dan perwujudan Allah bagi sesamanya.
Kitab Kejadian 1: 26-28
.
1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut
gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan
burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala
binatang melata yang merayap di bumi."
1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar
Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka:
"Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi."
Dengan melihat diri dengan segala yang ada maka patutlah kita mensyukuri keunikan
diri sebagai anugerah istimewa bagi dirinya. Rasa bangga dan syukur itu akan memotivasi diri untuk melakukan hal sederhana,
sekalipun untuk menjadi kebiasaan diri menunjukkan penghayatan
yang benar tentang keunikan diri dan keluhuran martabatnya sebagai citra Allah
4 Dalam kisah penciptaan
dikatakan bahwa manusia diciptakan sebagai
citra Allah, artinya serupa dan segambar dengan Allah. Kata
“serupa” dan
“segambar”, sekaligus melukiskan secara tepat bahwa manusia dan
Allah
berbeda.
4 Sejauh terlukiskan dalam
Kitab Suci, istilah citra Allah itu hanya dikatakan
pada manusia, tidak dikenakan pada ciptaan Tuhan lainnya. Hanya
manu-
sialah yang disebut citra Allah.
4 Karena manusia diciptakan
sebagai citra Allah, manusia memiliki martabat
sebagai pribadi: ia bukan hanya sesuatu, melainkan seseorang. Ia
mengenal
diri sendiri, menjadi tuan atas diri sendiri, mengabdikan diri
dalam kebebasan
Pengertian kata citra,
4 Setiap
manus
Manusia itu unik, tak ada satu orang pun yang mempunyai kesamaan
dengan orang lain. Bahkan manusia kembar
sekalipun selalu mempunyai per-
bedaan. Keunikan itu bisa diamati dari
hal-hal fisik, psikis, bakat/kemampuan
serta pengalaman-pengalaman yang dimilikinya.
4
Keunikan diri itu merupakan anugerah yang menjadikan diri seseorang ber-
beda dan dapat dikenal dan diperlakukan
secara khusus pula. Bukankah
sulit dibayangkan bila semua manusia itu sama
dalam segala hal?
4 Tetapi dalam menghadapi
keunikan sering ditemukan dua sikap. Orang
yang bersikap positif akan menerima keunikan itu sebagai
anugerah, ia
bangga bahwa dirinya berbeda, ia bersyukur bahwa apa pun yang
ada pada
dirinya merupakan pemberian Tuhan yang baik adanya. Dengan
demikian,
ia tidak akan minder, ia tidak berniat menjadi sama seperti
orang lain, ia
tidak akan menganggap dirinya tidak berharga, ia tidak akan
melakukan
tindakan yang melawan kehendak Tuhan akibat ketidakpuasan
terhadap
dirinya, hidupnya akan tenang dan mampu bergaul dengan siapa
saja.
4 Ada orang yang kurang
menerima keunikan diri. Orang yang demikian
akan merasa tidak puas, bahkan dapat melakukan tindakan apa pun
demi
menutupi diri, misalnya operasi plastik. Orang yang demikian
sering be-
ranggapan seolah penampilan luar lebih penting.
|
basan, dan hidup dalam kebersamaan
dengan orang lain, dan dipanggil
membangun relasi dengan Allah, pencipta-Nya.
4 Sebagai citra Allah,
manusia sepantasnya memancarkan diri Allah. Maka
kalau Allah Maharahim, manusia pun harus penuh pengampunan;
kalau
Allah Mahabaik, maka manusia pun harus bermurah hati. Sebagai
citra-
Nya, melengkapi manusia dengan akal budi, kebebasan, dan hati nurani.
Kemampuan-kemampuan
dasar itulah yang membedakan antara manusia
dan
ciptaan Tuhan lainnya. Ia adalah ciptaan Allah yang bermartabat luhur.
kristen ko Alloh.bukan yesus kerestos...??
BalasHapus