Kerajaan Allah sebagai pokok pewartaan Yesus-K8-B1-1415
Dalam Injil Matius 6:9-13, Yesus mengajarkan suatu doa kepada murid-murid-Nya, yang kita kenal dengan Doa Bapa Kami. Dalam Doa Bapa Kami kita akan me-
ngucapkan kata-kata “Datanglah Kerajaan-Mu”. Tentu saja yang dimaksud Kerajaan-
Mu adalah Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga. Apakah yang dimaksud dengan
Kerajaan Allah itu?
Paham atau pengertian “Kerajaan Allah” tidak muncul begitu saja pada zaman
Yesus tetapi sudah berkembang sejak Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, bangsa
Israel sering menyebut Allah (Yahwe) sebagai Raja. Allah diimani mereka sebagai
Raja yang kuat, yang berkuasa, yang berdaulat. Kekuatan, kekuasaan dan kedaulatan
Allah itu misalnya dialami oleh bangsa Israel dalam peristiwa penyeberangan Laut
Merah (lih. Kel 15:11-13; Ul 3:24; Bil 23:21 dst). Sebagai Raja, Allah adalah Raja yang
adil (baca Mzm 146:6-10), yang melindungi orang miskin (lih. Im 25: 35-55). I Raja
yang Mulia (Mzm 24: 8,10) Raja yang berkuasa atas seluruh bumi (lih. Mzm 47:8),
dan berkuasa untuk selama-lamanya (Mzm 29:10).
Namun dalam hidupnya bangsa Israel sebagai bangsa terpilih, seringkali mereka
tidak setia kepada Allah Sang Raja yang selalu setia kepada mereka. Mereka sering
menjauh dari Allah. Perbuatan dosa inilah yang menyebabkan mereka jatuh dalam
pembuangan dan penindasan oleh bangsa lain. Pada masa bangsa Israel mengalami
penindasan, Allah tetap menunjukkan kesetiaan-Nya dengan mewartakan kehendak-
Nya melalui perantaraan para Nabi. Para Nabi menegaskan bahwa akan tiba saatnya
Allah akan membela mereka, Allah akan membangun suatu dunia baru, dengan
hati yang baru (lih. Yeh 36:24-28), dengan perjanjian baru (lih. Yer 31:31-34). Dunia
baru itu Allah untuk semua bangsa (lih. Yes 2:1-5;19:16-25). Dalam dunia baru itu
Allah akan menegakkan kembali pemerintahan-Nya melalui anak-Nya sendiri, “dan
namanya disebut orang Penasehat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal, Raja
Damai” (Yes 9:5). Melalui kekuasaan-Nya yang besar Ia akan menegakkan kembali
damai sejahtera seperti pada pemerintahan Raja Daud. Dan ketika Yesus hidup, pada
saat itu bangsa Israel berada dalam penjajahan bangsa Romawi. Yesus menghidupkan
kembali harapan tegak-Nya Kerajaan allah seperti yang pernah dilakukan oleh para
Nabi. Bagaimana mayarakat Yahudi pada zaman Yesus memahami pengertian tentang
Kerajaan Allah?
Pada umumnya masyarakat Yahudi pada saat itu sesungguhnya mempunyai
harapan tentang tegaknya kembali pemerintahan dan kekuasaan Allah atas bangsa
mereka. Namun penghayatan mereka antara orang per orang maupun antar kelompok
berbeda. Dalam bangsa Yahudi saat itu ditemukan beberapa paham tentang makna
Kerajaan Allah, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kerajaan Allah yang bersifat Politis
Paham Kerajaan Allah bersifat politis ini beranggapan bahwa Kerajaan Allah yang
damai dan sejahtera hanya akan terwujud bila Allah tampil sebagai seorang tokoh
politik yang dengan gagah berani mampu memimpin bangsa Israel melawan
penjajah Romawi dan para penindas rakyat.
2. Kerajaan Allah yang Bersifat Apokaliptis
Paham Kerajaan Allah yang bersifat Apokaliptis ini memandang Kerajaan Allah
akan tercapai bila Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan menggoncangkan
kekuatan-kekuatan langit dan bumi. Pada saat itulah Allah akan membangkitkan
suatu dunia baru. Dan mereka menganggap penderitaan yang dialami bukan
akahir segala-galanya, kelak pada akhir zaman Allah akan menegakkan Kerajaan-
Nya dan membebaskan manusia dari segala penderitaan.
3. Paham Kerajaan Allah yang Bersifat Yuridis-Religius
Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan pada akhir zaman Allah
menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam dengan menghakimi se-
kalian bangsa. Mereka memandang Hukum Taurat sebagai wujud Kekuasaan
Allah yang mengatur manusia. Maka mereka yang sekarang taat kepada hukum
Taurat sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melakukan apa
yang dituntut dalam hukum Taurat mereka tidak akan mendapat bagian dalam
Kerajaan Allah. Mesias sebagai tokoh agama yang mampu menegakkan hukum
Taurat. Inilah paham Kerajaan Allah yang diyakini oleh para tokoh agama Yahudi
yakni Para Imam dan Ahli Taurat. Bagaimana pandangan Yesus sendiri tentang
Kerajaan Allah?
Tema pokok pewartaan Yesus adalah Kerajaan Allah: “Waktunya telah genap;
Kerajaan Allah sudah dekat” (Mrk 1:15). Kerajaan Allah, yaitu Allah yang datang
sebagai Raja, sudah dekat. Ciri khas pewartaan Yesus ialah bahwa kedatangan Allah
sebagai Raja Penyelamat dinyatakan akan terjadi dengan segera. Yesus menegaskan
bahwa Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk 1:15; 13:29;Mat 10:7), sudah diambang pintu
(Luk 17:20-21,37). Walaupun pewartaan Kerajaan Allah sudah ada sebelum Yesus,
baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam agama Yahudi, bagi Yesus pewartaan
Kerajaan mempunyai arti yang khusus. Pertama karena Kerajaan Allah paling pokok
dalam sabda dan karya Yesus. Tetapi juga karena Kerajaan mempunyai ciri-ciri khas
dalam pewartaan Yesus.
Bagi Yesus kedatangan Kerajaan mendesak, karena kemalangan manusia hampir
tidak tertahan lagi. Maka belas-kasihan dan kerahiman Allah juga tidak akan tertunda
lagi. Bagi Yohanes kemalangan zaman itu berarti hukuman dari Allah (lih. Mat 3:7-
8 dsj.), bagi Yesus justru ajakan bertobat (Luk 13:3.5). Kemalangan menjadi tanda
kedatangan Allah yang maharahim.
Pewartaan Kerajaan adalah pewartaan kerahiman Allah dan karena itu
merupakan warta pengharapan. Kerajaan Allah berarti turun tangan Allah untuk
menyelamatkan, untuk membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan (lih.
Luk 10:18). Maka sabda Yesus tertuju kepada orang yang menderita (lih. ”Sabda
bahagia”: Luk 6:20-23 dsj.). Pewartaan Yesus bukan janji-janji lagi. Dan dalam diri
Yesus, Kerajaan Allah telah datang, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu
mendengarnya” (Baca Luk 4:14-32
Pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah ditujukan kepada pertobatan manusia.
Ia memanggil orang supaya siap siaga menerima Kerajaan Allah bila datang. Dalam
hubungan ini mengesanlah betapa ditekankan oleh Yesus sifat “rahmat” Kerajaan:
“Bapa memberikan Kerajaan” (Luk 12:32; juga 22:29). Oleh karena itu orang harus
menerima Kerajaan “seperti kanak-kanak” (Mrk 10:14 dsj.; lih. juga Luk 6:20 dsj.).
Tawaran rahmat itu sekaligus merupakan tuntutan mutlak: “Kamu tidak dapat
sekaligus mengabdi kepada Allah dan kepada mamon (uang)” (Mat 6:24).
Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran rahmat Allah, dan manusia harus
menerimanya dengan sikap iman yang dinyatakan dalam perbuatan yang baik, sebab
Kerajaan Allah, kendatipun berarti Allah dalam kerahiman-Nya, juga merupakan
kenyataan bagi manusia. Kerajaan Allah harus diwujudnyatakan dalam kehidupan
manusia. Pengharapan akan Kerajaan tidak tertuju kepada suatu peristiwa yang akan
terjadi dalam masa yang akan datang, melainkan diarahkan kepada Allah sendiri
dan menjadi kenyataan dalam penyerahan itu sendiri, kalau manusia boleh bertemu
dengan Allah.
Menurut intisarinya, Sabda Bahagia berasal dari Yesus sendiri. Versi yang tertua
barangkali termaktub dalam Luk 6:20b-21: “Berbahagialah, hai kamu yang miskin,
karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang
ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagilah, hai kamu yang sekarang ini
menangis, karena kamu akan tertawa.”
Yang menarik perhatian yaitu intisari Sabda itu menyatakan sebagai “berbahagia”
bukan orang-orang saleh melainkan orang miskin, orang lapar, dan orang yang
menangis. Dengan demikian Yesus memaklumkan suatu “revolusi” yang membalikkan
nilai-nilai dan tata hubungan. Maksud Sabda Bahagia itu dapat diuraikan sekitar
pokok-pokok ini: ketegangan eskatologis yang mewarnainya, yang dituju oleh sabda-
sabda ini, serta sikap hidup mereka, dan siapakah yang secara konkret termasuk
golongan mereka yang dinyatakan berbahagia oleh Yesus. Dan akhirnya harapan
yang beralasan.
Ketegangan eskatologis ini terungkap dalam pewartaan bahwa Kerajaan Allah
“sudah dekat”. Ungkapan ini berarti rangkap: di satu pihak Kerajaan Allah sudah terasa
sekarang ini, tetapi di pihak lain penyelesaiannya belum tiba dan kesempurnaannya
masih dinanti-nantikan. Oleh karena itu, terdapat ketegangan antara “sudah” dan
“belum”. Sekarang pemerintahan Allah sudah membayangi dunia kita ini, tetapi
belum datang dalam kesempurnaannya. Dengan kata lain, masa depan sudah mulai.
Mengapa orang “miskin” atau “sengsara” ini dinyatakan berbahagia oleh Yesus?
Ucapan “berbahagialah, hai kamu...” ada sangkut pautnya dengan sikap hidup atau
cara hidup yang dapat dimiliki justru oleh orang-orang semacam itu. Justru mereka
yang miskin dan menderita, singkatnya yang tidak memiliki apa-apa dan tak
berbahagia oleh Yesus. Sebaliknya mereka yang merasa diri mempunyai andil dan
mempunyai kekuatan sendiri, misalnya karena kesalehannya, tak terpikirkan oleh
Yesus untuk disapa “berbahagia”.
Kiranya jelas yang berbahagia ialah mereka yang menerima Allah sebagai satu-
satunya raja mereka. Untuk itu mereka rela melepaskan raja-raja yang lain, seperti
harta dan kehormatan, dan rela pula mempertaruhkan segala-galanya, termasuk diri
mereka sendiri, demi Sang Raja. Bukankah sikap ini sikap yang dihayati oleh Yesus
sendiri.. Kepada orang-orang yang cara hidupnya sama dengan cara hidup yang dipilih
Yesus inilah yang dinyatakan berbahagia. Mengapa? Karena sikap orang-orang ini
cocok untuk menantikan kerajaan Allah, malah untuk sekarang pun sudah dibayangi
oleh sukacita besar di tengah-tengah lembah duka kehidupan mereka. Allah akan
menghibur, memuaskan dan menjadikan mereka anak-anak-Nya.
Tetapi masih ada satu pertanyaan yang mengganjal: adakah dengan kedelapan
Sabda Bahagia-Nya Yesus mau menganjurkan dan mempertahankan kemiskinan,
kelaparan, pengangguran, dan penderitaan di bumi ini? Jelas tidak. Dengan kedelapan
Sabda Bahagia-Nya, Yesus mau mengatakan bahwa kekayaan dan kekuatan kita hanya
terletak pada Allah. Dengan bersandar pada kekuatan Allah itu, kita harus berjuang
menyingkirkan semua penderitaan di dunia ini. Dalam diri Yesus, Allah yang menjadi
manusia, Allah mulai mengubah sejarah umat manusia menjadi lebih sejahtera. Yesus
berkeliling di Palestina sambil menyembuhkan orang sakit, melegakan orang cemas
dan gelisah, membebaskan orang yang tertekan jiwa raganya, bahkan membangkitkan
orang mati, dan sebagainya.
Akan tetapi, kapan suasana kasih, adil, dan damai itu tercipta? Ada kesan Allah tidak
atau belum memerintah di bumi ini. Ada pembunuhan, pemerkosaan, penindasan,
korupsi, perkelahian, dan sebagainya. Ada perang antarnegara, pesawat yang dibajak,
orang-orang yang lapar, kecelakaan lalu lintas, banjir dan tanah longsor yang menelan
ratusan jiwa, dan sebagainya. Melihat semua itu, kita bisa berkesimpulan: tidak ada
kerajaan Allah di bumi ini. Sekurang-kurangnya belum ada.
Memang kerajaan Allah belum terlaksana dengan sepenuh-penuhnya, tetapi
sudah mulai nyata. Sebab melalui Yesus, pemerintahan Allah sudah mulai menerobos
masuk ke dalam dunia yang rusak ini. Sejak kedatangan Yesus, lebih-lebih sejak
kebangkitan-Nya dari alam maut dan sejak turunnya Roh Kudus atas orang-orang
yang percaya kepada-Nya, Allah mulai meraja di bumi ini.
Ia mulai meraja dengan sepenuh-penuhnya baru dalam diri Yesus, sebab hanya
Dialah yang seluruhnya dirajai Allah. Tetapi mulai dari Yesus, pemerintahan Allah
semakin meluas, sebab setiap langkah yang diambil oleh Yesus (kini melalui Gereja-
Nya) menawarkan keselamatan kepada mereka yang dijumpai-Nya. Dengan demikian
terbukalah jalan bagi pemerintahan Allah di dunia ini, sehingga kita dapat pula
melihat daftar peristiwa-peristiwa cerah yang membawa banyak harapan.berdaya
di dunia ini, paling condong mengharapkan segalanya dari Tuhan. Satu-satunya
sandaran mereka ialah Tuhan. Satu-satunya kekayaan dan kekuatan mereka adalah
Tuhan. Tuhan adalah segala-galanya untuk mereka. Mereka inilah yang dinyatakan
Keluaran 15:9-18
.
15:9 Kata musuh: Aku akan mengejar, akan mencapai mereka, akan membagi-bagi jarahan; nafsuku akan kulampiaskan kepada mereka, akan kuhunus pedangku; tanganku akan melenyapkan mereka!
15:10 Engkau meniup dengan taufan-Mu, laut pun menutupi mereka; sebagai timah mereka tenggelam dalam air yang hebat.
15:11 Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur, Engkau pembuat keajaiban?
15:12 Engkau mengulurkan tangan kanan-Mu; bumi pun menelan mereka.
15:13 Dengan kasih setia-Mu Engkau menuntun umat yang telah Kautebus; dengan kekuatan-Mu Engkau membimbingnya ke tempat kediaman-Mu yang kudus.
15:14 Bangsa-bangsa mendengarnya, mereka pun menggigil; kegentaran menghinggapi penduduk tanah Filistin.
15:15 Pada waktu itu gemparlah para kepala kaum di Edom, kedahsyatan menghinggapi orang-orang berkuasa di Moab; semua penduduk tanah Kanaan gemetar.
15:16 Ngeri dan takut menimpa mereka, karena kebesaran tangan-Mu mereka kaku seperti batu, sampai umat-Mu menyeberang, ya TUHAN, sampai umat yang Kauperoleh menyeberang.
15:17 Engkau membawa mereka dan Kaucangkokkan mereka di atas gunung milik-Mu sendiri; di tempat yang telah Kaubuat kediaman-Mu, ya TUHAN; di tempat kudus, yang didirikan tangan-Mu, ya TUHAN.
.
15:18 TUHAN memerintah kekal selama-lamanya."
Imamat 25:35-55
25:35 "Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menyokong dia sebagai orang asing dan pendatang, supaya ia dapat hidup di antaramu.
25:36 Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba dari padanya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup di antaramu.
25:37 Janganlah engkau memberi uangmu kepadanya dengan meminta bunga, juga makananmu janganlah kauberikan dengan meminta riba.
25:38 Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir, untuk memberikan kepadamu tanah Kanaan, supaya Aku menjadi Allahmu.
25:39 Apabila saudaramu jatuh miskin di antaramu, sehingga menyerahkan dirinya kepadamu, maka janganlah memperbudak dia.
25:40 Sebagai orang upahan dan sebagai pendatang ia harus tinggal di antaramu; sampai kepada tahun Yobel ia harus bekerja padamu.
25:41 Kemudian ia harus diizinkan keluar dari padamu, ia bersama-sama anak-anaknya, lalu pulang kembali kepada kaumnya dan ia boleh pulang ke tanah milik nenek moyangnya.
25:42 Karena mereka itu hamba-hamba-Ku yang Kubawa keluar dari tanah Mesir, janganlah mereka itu dijual, secara orang menjual budak.
25:43 Janganlah engkau memerintah dia dengan kejam, melainkan engkau harus takut akan Allahmu.
25:44 Tetapi budakmu laki-laki atau perempuan yang boleh kaumiliki adalah dari antara bangsa-bangsa yang di sekelilingmu; hanya dari antara merekalah kamu boleh membeli budak laki-laki dan perempuan.
25:45 Juga dari antara anak-anak pendatang yang tinggal di antaramu boleh kamu membelinya dan dari antara kaum mereka yang tinggal di antaramu, yang dilahirkan di negerimu. Orang-orang itu boleh menjadi milikmu.
25:46 Kamu harus membagikan mereka sebagai milik pusaka kepada anak-anakmu yang kemudian, supaya diwarisi sebagai milik; kamu harus memperbudakkan mereka untuk selama-lamanya, tetapi atas saudara-saudaramu, orang-orang Israel, janganlah memerintah dengan kejam yang satu sama yang lain.
25:47 Apabila seorang asing atau seorang pendatang di antaramu telah menjadi mampu, sedangkan saudaramu yang tinggal padanya jatuh miskin, sehingga menyerahkan dirinya kepada orang asing atau pendatang yang di antaramu itu atau kepada seorang yang berasal dari kaum orang asing,
25:48 maka sesudah ia menyerahkan dirinya, ia berhak ditebus, yakni seorang dari antara saudara-saudaranya boleh menebus dia,
25:49 atau saudara ayahnya atau anak laki-laki saudara ayahnya atau seorang kerabatnya yang terdekat dari kaumnya atau kalau ia telah mampu, ia sendiri berhak menebus dirinya.
25:50 Bersama-sama dengan si pembelinya ia harus membuat perhitungan, mulai dari tahun ia menyerahkan dirinya kepada orang itu sampai kepada tahun Yobel, dan harga penjualan dirinya haruslah ditentukan menurut jumlah tahun-tahun itu; masa ia tinggal pada orang itu haruslah dihitung seperti masa kerja orang upahan.
25:51 Jikalau jumlah tahun itu masih besar, maka dari harga pembeliannya harus dikembalikan sebagai penebus dirinya menurut jumlah tahun itu.
25:52 Jika waktu yang masih tinggal sampai kepada tahun Yobel sedikit lagi saja, maka ia harus membuat perhitungan dengan orang itu; menurut jumlah tahun itulah ia harus membayar uang tebusan dirinya.
25:53 Demikianlah ia harus tinggal padanya sebagai orang upahan dari tahun ke tahun. Janganlah ia diperintah dengan kejam oleh orang itu di depan matamu.
25:54 Tetapi jikalau ia tidak ditebus dengan cara demikian, maka ia harus diizinkan keluar dalam tahun Yobel, ia bersama-sama anak-anaknya.
25:55 Karena pada-Kulah orang Israel menjadi hamba; mereka itu adalah hamba-hamba-Ku yang Kubawa keluar dari tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu."
Lukas 4:16-32
4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:
4:18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku
4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: "Bukankah Ia ini anak Yusuf?"
4:23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: "Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!"
4:24 Dan kata-Nya lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya.
4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri.
4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon.
4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu."
4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu.
4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu.
4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
4:31 Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat.
4:32 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa
Mazmur 97:1-12
97:1 TUHAN adalah Raja! Biarlah bumi bersorak-sorak, biarlah banyak pulau bersukacita!
97:2 Awan dan kekelaman ada sekeliling Dia, keadilan dan hukum adalah tumpuan takhta-Nya.
97:3 Api menjalar di hadapan-Nya, dan menghanguskan para lawan-Nya sekeliling.
97:4 Kilat-kilat-Nya menerangi dunia, bumi melihatnya dan gemetar.
97:5 Gunung-gunung luluh seperti lilin di hadapan TUHAN, di hadapan Tuhan seluruh bumi.
97:6 Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya.
97:7 Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu, orang yang memegahkan diri karena berhala-berhala; segala allah sujud menyembah kepada-Nya.
97:8 Sion mendengarnya dan bersukacita, puteri-puteri Yehuda bersorak-sorak, oleh karena penghukuman-Mu, ya TUHAN.
97:9 Sebab Engkaulah, ya TUHAN, Yang Mahatinggi di atas seluruh bumi, Engkau sangat dimuliakan di atas segala allah.
97:10 Hai orang-orang yang mengasihi TUHAN, bencilah kejahatan! Dia, yang memelihara nyawa orang-orang yang dikasihi-Nya, akan melepaskan mereka dari tangan orang-orang fasik.
97:11 Terang sudah terbit bagi orang benar, dan sukacita bagi orang-orang yang tulus hati.
97:12 Bersukacitalah karena TUHAN, hai orang-orang benar, dan nyanyikanlah syukur bagi nama-Nya yang kudus.
Kesimpulan pada pokok-pokok berikut ini:
a. Kata “Kerajaan Allah” bukan berarti daerah kekuasaan Allah. “Kerajaan Allah”
berarti Allah sendiri yang tampil sebagai Raja.
b. Paham Kerajaan Allah yang hidup dalam masyarakat Yahudi pada masa Yesus:
- Kerajaan Allah yang bersifat Politis
- Kerajaan Allah yang bersifat Apokaliptis
- Paham Kerajaan Allah yang bersifat Yuridis-Religius
c. Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus
Ciri khas pewartaan Yesus ialah bahwa kedatangan Allah sebagai Raja
Penyelamat dinyatakan akan terjadi dengan segera. Pewartaan Kerajaan
Allah adalah pewartaan kerahiman Allah dan karena itu merupakan warta
pengharapan. Kerajaan Allah berarti turun tangan Allah untuk menyelamatkan,
untuk membebaskan dunia secara total dari kuasa kejahatan. Pewartaan Yesus
mengenai Kerajaan Allah ditujukan kepada pertobatan manusia. Ia memanggil
orang supaya siap siaga menerima Kerajaan Allah bila datang. Kerajaan Allah
adalah panggilan dan tawaran rahmat Allah, dan manusia harus menerimanya
dengan sikap iman yang dinyatakan dalam perbuatan yang baik.
d. Akan situasi dunia saat ini dimana kita melihat banyak pembunuhan,
pemerkosaan, penindasan, korupsi, perkelahian, dan sebagainya. Ada kesan
Allah tidak atau belum memerintah di bumi ini. Memang kerajaan Allah belum
terlaksana dengan sepenuh-penuhnya, tetapi sudah mulai nyata. Sebab melalui
Yesus, pemerintahan Allah sudah mulai menerobos masuk ke dalam dunia
yang rusak ini. Sejak kedatangan Yesus, lebih-lebih sejak kebangkitan-Nya
dari alam maut dan sejak turunnya Roh Kudus atas orang-orang yang percaya
kepada-Nya, Allah mulai meraja di bumi ini. Ia mulai meraja dengan sepenuh-
penuhnya baru dalam diri Yesus, sebab hanya Dialah yang seluruhnya dirajai
Allah. Tetapi mulai dari Yesus, pemerintahan Allah semakin meluas, sebab
setiap langkah yang diambil oleh Yesus (kini melalui Gereja-Nya) menawarkan
keselamatan kepada mereka yang dijumpai-Nya.
e. Untuk dapat menjadi warga Kerajaan Allah kita dapat belajar dari “Sabda
Bahagia” yang diwartakan Yesus yaitu dalam hidup sepenuhnya kita harus
menyandarkan diri kepada kekuatan Allah sebagai satu-satunya sumber
kekuatan. Untuk itu kita harus rela melepaskan raja-raja yang lain, seperti harta
dan kehormatan, dan rela pula mempertaruhkan segala-galanya, termasuk diri
sendiri, demi Sang Raja.
Sheep blog nya :V
BalasHapus